“Anisa, besok operasi lagi ya? Dokter bilang tiroidnya harus diambil semua.” kata suster kepada saya dan keluarga di ruang rawat intensif.
Saat itu adalah hari kedua saya setelah menjalani operasi tiroidektomi sebagian karena pembesaran pada kelenjar tiroid kiri saya pada 3 Januari 2017.
Mengapa harus operasi lagi?
Saat saya bertanya kenapa saya harus menjalani operasi lagi, suster hanya menyerahkan hasil patologi anatomi dari kelenjar tiroid kiri yang diangkat kemarin, sambil mengulangi amanat dokter untuk saya menjalani operasi pengangkatan kelenjar tiroid kanan.
Setelah orangtua saya membaca hasilnya, ternyata tumor pada kelenjar tiroid kiri saya adalah tumor ganas. Artinya saya mengidap kanker tiroid tingkat awal.
Dikarenakan tumor ganas ini, maka dokter menyarankan saya untuk merelakan kelenjar tiroid kanan saya untuk diangkat juga.
Reaksi saya dan mengapa saya menolak
Reaksi saya saat itu hanya menangis tersedu-sedu. Saya ketakutan. Saya merasa sedih karena saya yang masih merasakan sakit pasca operasi tiba-tiba diminta untuk melakukan operasi lagi.
Tentu saya menolak, bukan karena saya masih merasa kesakitan, tapi vonis kanker yang tiba-tiba saya terima ini membuat saya sangat ketakutan dengan berbagai macam kemungkinan hingga respon tercepat saya saat itu hanya bisa menolak.
Tentu orangtua saya harus menandatangani perjanjian dengan rumah sakit yang menyatakan bahwa saya menolak dioperasi lagi dan menginginkan rawat jalan.
Tumor ganas yang sebenarnya sudah disangka
Pertanyaannya, apakah saya tidak menyangka jika tumor tersebut adalah tumor ganas sebelum operasi? Tentu saja saya menyangkanya, dokter pun sudah memberi tahu saya.
Sebelum operasi, dokter yang merawat saya di RS Saint Carolus Jakarta Pusat tidak mengarahkan saya untuk melakukan biopsi untuk mengecek apakah tumor yang ada di kelenjar tiroid kiri saya jinak atau ganas.
Dokter hanya melihat dari hasil USG yang saya lakukan di bulan Desember 2016 dan beliau berkata bahwa saya sebaiknya melakukan total tiroidektomi atau pengangkatan kelenjar tiroid total.
Hasil USG tersebut tidak menyebutkan apakah tumor yang ada di kelenjar tiroid saya jinak atau ganas. Berbeda dengan enam bulan sebelumnya, saat saya melakukan USG Tiroid di RSA UGM Yogyakarta.
Hasilnya menyebutkan bahwa ada tumor yang ada pada kelenjar tiroid kiri saya adalah benign (jinak). Sehingga saya pun sedikit ragu, apakah total tiroidektomi adalah langkah yang tepat.
Keraguan saya akan operasi tiroidektomi total
Ketakutan saya akan kehilangan seluruh kelenjar tiroid saya membuat saya sangat ragu untuk melakukan total tiroidektomi.
Sehingga sebelum operasi, saya berpesan bahwa apa pun yang terjadi saya tetap hanya akan melakukan operasi tiroidektomi sebagian.
Saat operasi berlangsung, ternyata butuh waktu beberapa hari untuk menerima hasil patologi anatomi dari kelenjar tiroid kiri saya yang disangka memiliki tumor ganas itu.
Sedangkan dokter butuh jawaban, apakah beliau akan melakukan tiroidektomi sebagian atau total, jika persetujuan tetap operasi pengangkatan sebagian, dokter akan segera menyelesaikan operasi.
Dokter pun menemui orangtua saya. Jawaban yang diberikan orangtua saya kepada dokter sesuai dengan pesan saya sebelum masuk kamar operasi, bahwa saya tidak mau kehilangan semua kelenjar tiroid saya.
Hal terbesar yang membuat saya menolak total tiroidektomi adalah saat itu di akhir tahun 2016, saya hanya menemukan sedikit sekali informasi mengenai kanker tiroid.
Saya kebingungan, mana langkah yang tepat untuk kesehatan saya, sehingga saya pun berpendirian untuk menolak operasi total tiroidektomi.
Operasi total tiroidektomi adalah langkah terbaik
Yang ternyata setelah saya ketahui tiga tahun kemudian, memang total tiroidektomi adalah langkah terbaik untuk pasien kanker tiroid.
Dokter memang menjelaskan pada saya sebelum operasi bahwa jika tumor terbukti ganas, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengangkatan kelenjar tiroid total.
Namun dokter tidak menjelaskan secara gamblang apa yang terjadi jika saya tetap mempertahankan tiroid kanan saya walaupun dengan vonis tumor ganas.
Saya yang saat itu baru berumur 22 tahun dan belum memiliki kedewasaan pikiran seperti yang saya miliki sekarang, akhirnya hanya memilih langkah yang menurut saya lebih baik, yaitu tetap memiliki sebagian kelenjar tiroid daripada tidak punya sama sekali.
Pada awal tahun 2020, sebelum akhirnya saya setuju untuk menjalani operasi tiroidektomi kedua pada Agustus 2020, saya baru memahami dampak yang akan terjadi pada tubuh saya jika saya tetap mempertahankan kelenjar tiroid kanan saya yang sudah tervonis tumor ganas.
Sehingga akhirnya saya setuju menjalani operasi tiroidektomi total yang merupakan operasi tiroidektomi